Wacana penerapan kembali sistem enam hari sekolah untuk jenjang SMA/SMK mulai memunculkan reaksi dari berbagai kalangan pendidikan di Kabupaten Banyumas. Pertanyaan besar pun mengemuka: Haruskah dunia pendidikan kembali mengubah kebiasaan yang sudah berjalan stabil?
Selama beberapa tahun terakhir, sistem Lima Hari Sekolah (LHS) telah diterapkan di berbagai sekolah di Banyumas. Para pendidik menilai bahwa sistem ini berjalan kondusif, memberikan ruang bagi siswa untuk beristirahat, mengembangkan minat bakat, serta menjaga keseimbangan antara pembelajaran akademik dan aktivitas nonformal.
Sejumlah guru dan praktisi pendidikan menyampaikan bahwa perubahan menjadi enam hari sekolah dikhawatirkan akan mengganggu ritme belajar yang telah terbentuk. Selain itu, guru menilai LHS membuat jadwal pembelajaran lebih padat namun tetap efektif tanpa harus menambah beban harian siswa.
Mereka juga menekankan bahwa pola lima hari memberikan kesempatan bagi siswa untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, mengembangkan kreativitas, dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler secara optimal.
Meski demikian, para pendidik berharap apabila wacana ini benar-benar dipertimbangkan oleh pemerintah, maka keputusan yang diambil harus berbasis pada kajian mendalam, uji coba, serta dialog terbuka dengan berbagai pihak, termasuk orang tua, guru, dan peserta didik.
Saat ini, para pendidik Banyumas menunggu kejelasan lanjutan terkait wacana tersebut, sembari berharap bahwa setiap kebijakan pendidikan yang diambil tetap mengutamakan kualitas pembelajaran dan kesejahteraan siswa maupun guru.







































