Seringkali kita memperlakukan anak sebagai proyek masa depan, padahal mereka adalah manusia masa kini. Mengubah fokus dari “Membentuk Sesuai Cetakan” menjadi “Menyediakan Ruang Aman” bisa dilakukan dengan langkah konkret berikut:
1. Izinkan Eksperimen & Kesalahan Alih-alih langsung memarahi saat anak menumpahkan air atau mendapat nilai buruk, ubah respon menjadi: “Apa yang bisa kita pelajari dari ini?” atau “Ayo kita bereskan sama-sama.”
Dampaknya: Anak belajar tanggung jawab, bukan belajar menyembunyikan kesalahan karena takut.
2. Dengarkan Tanpa “Tapi” Saat anak bercerita, tahan keinginan untuk langsung menasehati. “Ayah mengerti kamu sedih, tapi…” seringkali membatalkan empati. Cobalah: “Ayah dengar kamu kecewa ya? Sini cerita lebih banyak.”
Dampaknya: Anak merasa perasaannya valid dan penting.
3. Hentikan Komparasi Setiap anak punya timeline masing-masing. Membandingkan mereka dengan saudara atau teman hanya akan menumbuhkan rasa rendah diri (insecure).
Dampaknya: Anak tumbuh percaya diri dengan keunikannya sendiri.
Ingat, koneksi sebelum koreksi. Anak hanya akan mau mendengarkan kita jika mereka merasa aman bersama kita.




































