Ida Mujtahidah, yang akrab disapa Aida, menorehkan capaian yang tak hanya mengesankan, tetapi juga menggetarkan.
Di tengah keterbatasan fisik sebagai penyandang tuna daksa, ia berhasil dua kali lolos beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Pada November 2024, Aida dinyatakan lulus sebagai mahasiswa tercepat jenjang S2 di angkatannya pada Program Studi Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia menyelesaikan studi dengan predikat cumlaude, sekaligus menorehkan prestasi lain, tesisnya dinobatkan sebagai yang terbaik di tingkat program studi. Semua pencapaian itu diraih bukan dalam kondisi yang mudah. Namun bagi Aida, keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk terus melangkah dan berkarya.
Usai meraih gelar magister, Aida memilih pulang ke Jombang. Ia terlibat aktif membantu yayasan keluarga, YPI Miftahul Ulum, khususnya di bidang penelitian dan pengembangan.
Yayasan tersebut juga menaungi sejumlah siswa penyandang disabilitas. Di luar itu, Aida menjadi peneliti independen di Jaringan Periset Disabilitas serta aktif dalam berbagai organisasi dan komunitas, termasuk Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama dan komunitas advokasi disabilitas.




































