Cerita Guru ASN PPPK kali ini datang dari Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Ibu Nora Viviani telah mengabdi sebagai seorang guru sejak tahun 2009, sekitar 14 tahun lalu. “Saya sudah jadi guru honorer sejak tahun 2009. Meski honorer, saya selalu giat bekerja tanpa melihat nominal. Intinya saya bersabar dan saya juga sukai dunia SMK dan anak-anak,” ucapnya.
Saat mendengar adanya kabar terkait seleksi ASN PPPK untuk jabatan fungsional guru, Nora langsung mempersiapkan diri agar bisa lulus. “Saya ingin mendapatkan gaji yang layak agar hidup lebih terjamin,” terang Nora.
Nora menyebutkan bahwa Ditjen GTK dan Dinas Pendidikan Aceh sangat membantu selama proses seleksi. Dinas Pendidikan memberikan pembekalan bagi para guru honorer dan mentoring selama satu minggu. Sedangkan Ditjen GTK menyediakan wadah belajar melalui Seri Belajar Mandiri Calon Guru ASN PPPK pada platform Ayo Guru Belajar.
“Satu hal yang saya ingat saat mengikuti tes, karena hasil tes bisa langsung dilihat, yang keluar dari ruangan ujian dengan penuh senyum hanya saya sendiri karena nilai saya diatas grade,” ucap Nora.
Menjadi ASN PPPK membawa perubahan bagi Nora. Selain lebih sejahtera dari segi ekonomi, Nora juga mengaku jadi lebih dapat diterima. “Dulu waktu masih honorer, untuk mengikuti pelatihan agak sedikit sulit. Namun setelah menjadi ASN PPPK, saya bisa mendapatkan pelatihan baik dari dinas atau lainnya,” ujarnya.
Selain menjadi ASN PPPK, Nora juga merupakan Guru Penggerak Angkatan 1 dan Fasilitator GP Angkatan 5. Nora juga aktif menginisiasi berbagai kegiatan di sekolah seperti membentuk komunitas belajar dan memberdayakan lingkungan sekolah untuk pembelajaran.
Nora berpesan pada guru lainnya yang juga sedang berjuang menjadi ASN PPPK untuk terus berusaha semaksimal mungkin. “Persiapkan diri sebaik mungkin sebagai bekal untuk mengikuti tesnya,” tutup Nora.
Komitmen pemerintah dalam memperjuangkan kesejahteraan guru tidak pernah surut, demi pendidikan Indonesia yang lebih baik.