Menghukum anak bukan sebagai luapan emosi, apalagi sebagai pelampiasan rasa jengkel karena perilaku mereka yang memusingkan kepala. Segala sesuatu berawal dari niat. Tampaknya sepele, tapi yang sepele ini mempengaruhi sikap kita, dan cara kita bersikap akan mempengaruhi penerimaan anak. Selain itu dengan senantiasa belaajr membenahi niat kita adalam mneghukum anak, perilaku kita akan lebih terkendali.
Menghukum merupakan tindakan mendidik anak. Agar ia memiliki sikap yang baik, artinya hal terpenting dalam mneghukum anak adalah anak mengerti apa yang seharusnya kita lakukan dan memahami apa yang menyebabkan dia dihukum. Jika anak menyadari kesalahannya dan memperbaiki sikapnya, orang tua perlu memberikan umpan balik yang positif. Tidak layak orang tua menekan anak padahal sudah menunjukan penyesalan.
Menghukum untuk mengajari anak, bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi. Orang tua menghukum anak bukan akrena marah atau membalaskan kejengkelean. Juga bukan untuk mempermalukan anak. Misalnya : mempermalukan di depan temannya. itu akan membuat citra diri dan harga anak akan hancur.
Hukumlah anak tapi jangan sakiti dia. Acap kali kita bermaksud menghukum anak, tapi yang terjadi sebenernya kita sedang mneyakiti anak. Kita pojokkan anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya mati kutu, atau mengancam anak yang mmebuat ia takut, walau anak akdang sudah menunjukan penyesalan atau itikad baik
Tetaplah berfikir jernih saat menghukum anak, kepetusan yang tepat hanya didapat ketika pikiran kita tetap jernih, Tanpa itu tindakan kita justru bisa mmeperpanjang masalah dan memperumut keadaan. Tapi kita lagi lagi pikiran yang jernih hanya muncul ketika kita tenang dan emosi terkendali