“AI bukan ancaman, tetapi alat bantu yang akan memudahkan pekerjaan mendidik. Profesi guru adalah profesi mulia, dan yakinlah AI tidak bisa menggantikan sentuhan manusia.”
— Hetifah Sjaifudian, Ketua Komisi X DPR RI
Dalam semangat transformasi pendidikan, Hetifah Sjaifudian mendorong para guru untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi melalui kegiatan “Pemanfaatan AI dalam Pembelajaran: Strategi dan Best Practice untuk Guru”, yang diikuti lebih dari 100 guru se-Kota Samarinda.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi Komisi X DPR RI bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI.
Kepala Disdikbud Kaltim, Armin, menyebut pelatihan ini sangat relevan dengan arah transformasi pendidikan di daerah.
“Guru profesional yang mampu memanfaatkan AI akan menciptakan proses belajar yang lebih adaptif dan menyenangkan, namun tetap menjunjung etika dan kreativitas,” ujarnya.
Dari sisi literasi digital, Thamrin Kasman menekankan pentingnya pemahaman AI agar tidak disalahgunakan.
“Kalau tidak memahami AI, kita bisa menjadi korban karena sulit membedakan mana yang asli dan palsu. Gunakan AI secara bijak agar membawa manfaat, bukan mudarat,” tegasnya.
Sementara itu, Hetifah menuturkan bahwa Indonesia saat ini termasuk negara paling antusias dalam penggunaan AI di dunia.
“Indonesia menempati posisi keempat secara global dalam adopsi AI. Sebanyak 87% masyarakat Indonesia sudah memakai AI untuk bekerja, dan 83% menggunakannya untuk meningkatkan produktivitas,” ungkapnya.
Ia mengingatkan, AI bukan untuk menggantikan peran guru, melainkan memperkuatnya.
“Gunakan AI untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan mudah dipahami siswa. Jadikan AI sebagai asisten yang memberi inspirasi dan ide-ide kreatif,” pungkas Hetifah

























