Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek) mendorong para lulusan sarjana Indonesia untuk merantau dan bekerja di luar negeri sebagai salah satu strategi mengurangi angka pengangguran sekaligus memaksimalkan peluang tenaga kerja Indonesia di pasar global.
Langkah ini diambil seiring meningkatnya kebutuhan tenaga kerja terampil asal Indonesia di berbagai negara. Menurut Kemendikti Saintek, pasar kerja internasional membuka kesempatan yang jauh lebih luas bagi lulusan perguruan tinggi Indonesia, terutama di sektor teknologi, kesehatan, pendidikan, dan industri kreatif.
Untuk mempersiapkan lulusan agar kompetitif, pemerintah menyiapkan program peningkatan keterampilan (upskilling) serta sertifikasi bahasa asing seperti Inggris, Jepang, Korea, dan Mandarin. Program ini diharapkan mampu memperkuat kemampuan teknis maupun soft skills lulusan sebelum diberangkatkan atau sebelum melamar pekerjaan di luar negeri.
“Kami ingin memastikan lulusan Indonesia memiliki kompetensi yang sesuai standar global. Ini bukan hanya soal mencari pekerjaan di luar negeri, tetapi juga memanfaatkan peluang besar yang selama ini belum dimaksimalkan,” ujar perwakilan Kemendikti Saintek.
Pemerintah juga menekankan bahwa kebijakan ini tidak semata-mata mendorong migrasi tenaga kerja, tetapi menjadi strategi nasional untuk menjawab tantangan pengangguran sarjana yang terus meningkat setiap tahun. Dengan bekerja di luar negeri, lulusan Indonesia tidak hanya mendapatkan pengalaman internasional, tetapi juga berpotensi membawa pulang keahlian baru yang dapat memperkuat daya saing sumber daya manusia di tanah air.
Langkah ini mendapat respons positif dari dunia industri yang menilai bahwa adaptasi dengan pasar global dapat memperkuat kualitas tenaga kerja Indonesia dan membuka jaringan internasional yang bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional.





































