1. Tetap Tenang, Jangan Balas dengan Emosi
Saat anak marah atau menangis keras, orang tua harus jadi jangkar ketenangan. Jika kamu ikut marah, anak justru makin sulit tenang. Ambil napas, turunkan nada suara, dan tunjukkan bahwa kamu tetap hadir.
2. Akui dan Validasi Perasaannya
Katakan dengan lembut:
“Kakak lagi marah ya karena nggak boleh pegang HP? Mama tahu kamu pengin banget.”
Dengan begitu anak merasa dipahami, bukan dilawan — ini membantu mereka belajar mengenali emosi.
3. Alihkan dengan Pilihan Positif
Anak usia ini suka merasa “punya kendali.” Berikan dua pilihan yang aman:
“Kamu mau pakai baju biru atau merah?”
“Main balok dulu atau baca buku dulu?”
Ini mengurangi rasa frustrasi karena anak tetap merasa bisa memilih.
4. Beri Waktu untuk Tenang
Kalau tantrum sudah meledak, jangan langsung menasihati. Biarkan dulu ia menenangkan diri di pelukanmu atau di tempat yang aman. Setelah reda, baru ajak bicara singkat.
5. Ajarkan Nama Emosi
Gunakan momen setelah anak tenang untuk mengenalkan kata-kata emosi:
“Tadi kamu marah ya?”
Ini membantu mereka memahami dan mengungkapkan perasaan dengan kata, bukan tangisan.
6. Konsisten dengan Batasan
Jangan takut berkata tidak, tapi tetap dengan nada lembut. Konsistensi membuat anak belajar bahwa tidak semua keinginan bisa dituruti — dan itu bagian penting dari pembentukan disiplin.
7. Beri Pujian Saat Anak Bisa Mengontrol Diri
Misalnya:
“Wah, tadi kamu nggak marah waktu mainannya diambil. Mama bangga banget.”
Pujian seperti ini memperkuat perilaku positif.