Satu tahun.
Itu waktu yang dibutuhkan Pison Kogoya, bocah SD di Papua Pegunungan ini untuk mengisi penuh celengan Doraemon-nya.
Mimpinya sederhana: Natal tahun ini, ia ingin turun gunung ke Jayapura.
“Mau lihat Pantai Amai, mau minum air kelapa muda,” katanya.
Tapi rencana manusia bisa berubah seketika saat hati nurani bicara.
Melihat berita banjir bandang di Sumatera, Pison terdiam. Pertanyaan polosnya menampar kita semua:
“Rumah hanyut… mereka tidur di mana?”
Tanpa pikir panjang, tiket liburannya ia batalkan.
Uang tabungan Rp 1,5 Juta ia serahkan untuk donasi.
Pison rela tidak melihat laut, asalkan saudaranya di seberang pulau tidak lagi menangis. Ia mengajarkan kita bahwa empati tidak butuh usia dewasa, dan persaudaraan tidak mengenal jarak ribuan kilometer.
Terima kasih, Pison. Hatimu lebih luas dari samudera yang ingin kau lihat.






































