Di sebuah rumah sederhana di pinggiran Jakarta, tinggallah sebuah keluarga kecil yang penuh tawa. Ada seorang gadis kecil bernama Nayla, baru berusia satu tahun. Pipinya bulat, matanya berkilau setiap kali tertawa. Nayla baru bisa berjalan beberapa langkah, sering jatuh duduk, lalu tertawa lagi.
Kakaknya, Arka, berusia empat tahun. Ia selalu berusaha melindungi adiknya. Walaupun masih kecil, Arka sering dengan bangga berkata, “Aku kakak Nayla, aku harus jaga dia.” Kalau Nayla menangis, Arka akan cepat-cepat mengambilkan boneka kesayangannya untuk menenangkan.
Ibu mereka, Bu Rani, adalah seorang guru SD. Setiap pagi, sebelum berangkat mengajar, ia selalu menyuapi Nayla dengan bubur lembut dan mengikat tali sepatu Arka sebelum sekolah TK. Walaupun sibuk, Bu Rani selalu punya waktu bercerita sebelum tidur.
Sedangkan ayah mereka, Pak Damar, adalah seorang guru SMP yang bekerja jauh di Pulau Seribu, Jakarta. Karena jarak yang tidak dekat, ia tidak bisa pulang setiap hari. Kadang hanya sekali seminggu, atau bahkan dua minggu sekali.
Malam-malam biasanya menjadi saat yang paling dirindukan. Setelah makan malam, Bu Rani menyalakan ponsel untuk melakukan video call dengan Pak Damar. Nayla akan bersorak gembira melihat wajah ayahnya di layar, tangannya berusaha meraih seakan bisa menyentuh.
“Papa… Papa…” celoteh Nayla dengan suara cadel.
“Hei, anak manis Papa!” jawab Pak Damar sambil tersenyum lebar, walau matanya berkaca-kaca.
Arka akan bercerita panjang lebar tentang kegiatannya hari itu. “Pa, aku bikin rumah dari balok kayu! Tapi Nayla hampir robohin, hehe.” Semua tertawa, membuat rumah kecil itu tetap hangat meski jarak memisahkan.
Rindu memang ada, tapi mereka belajar menjadikannya manis. Saat pulang, Pak Damar selalu membawa cerita tentang laut biru dan burung camar di Pulau Seribu. Ia juga suka membawa kerang kecil untuk Arka dan pita rambut mungil untuk Nayla.
Keluarga itu hidup sederhana, tapi penuh cinta. Mereka tahu, walaupun jauh, hati mereka selalu dekat. Rindu bukan membuat mereka sedih, melainkan membuat setiap pertemuan jadi lebih berharga.
Dan setiap malam, sebelum tidur, Bu Rani selalu berbisik kepada kedua anaknya,
“Papa sayang kalian, Ibu juga. Kita keluarga yang kuat, selalu bersama, meski kadang berjauhan.”
Arka akan memeluk adiknya, dan Nayla pun tertidur dengan senyum di wajahnya.
Di rumah kecil itu, bahagia selalu menemukan jalannya