Gagasan Mendikdasmen Abdul Mu’ti untuk mendorong guru memberi PR berupa resensi buku menandai upaya serius mengembalikan esensi pendidikan sebagai proses membaca, menulis, dan bernalar secara mendalam.
Alih-alih hanya mengerjakan deretan soal, siswa diajak memasuki dunia teks, memahami isi bacaan, lalu menyusun ulasan dengan kata-kata sendiri sehingga imajinasi, kemampuan menganalisis, dan daya argumentasi mereka berkembang.
Pakar pendidikan Sri Lestari menilai langkah ini strategis untuk menguatkan literasi, namun mengingatkan bahwa banyak siswa masih kesulitan memahami teks panjang, sehingga pendampingan literasi dasar dan pembelajaran bertahap tentang cara meresensi menjadi sangat penting.
Di sisi lain, keterbatasan ketersediaan buku di sejumlah sekolah, terutama di daerah pinggiran, serta beban kerja guru yang padat menjadi tantangan nyata.
Karena itu, pemerataan akses buku fisik dan digital, penguatan perpustakaan, peningkatan literasi guru, dan dukungan kurikulum yang terintegrasi perlu berjalan seiring agar PR resensi benar-benar melahirkan generasi pembelajar yang kritis dan gemar membaca.



































