Jakarta — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah sejak awal tahun menuai sorotan. Hingga September 2025, tercatat sedikitnya 9.089 siswa mengalami keracunan makanan di berbagai daerah.
Data dari berbagai lembaga menunjukkan jumlah kasus yang cukup besar. Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat lebih dari 6.500 korban, sementara Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menemukan total 8.649 anak terdampak. Laporan Reuters bahkan menyebut angka korban mencapai 9.089 siswa dari 103 kasus keracunan.
Penyebab Utama
Sejumlah faktor diyakini menjadi penyebab tingginya kasus keracunan, antara lain:
- Banyak dapur MBG baru beroperasi kurang dari sebulan.
- Penyimpanan bahan makanan tidak sesuai standar.
- Distribusi makanan sering terlambat hingga lebih dari 4 jam setelah dimasak.
- Minimnya pengetahuan pengelola dapur terkait higienitas.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menemukan bakteri berbahaya seperti Salmonella, E. coli, Bacillus cereus, serta kontaminan kimia seperti nitrit dan histamin.
Selain itu, laporan menyebut hanya sebagian kecil dapur yang memiliki sertifikat laik higiene dan sanitasi, padahal seharusnya menjadi syarat utama operasional.
Respons Pemerintah
Pemerintah menutup sementara dapur-dapur yang bermasalah dan memperketat syarat operasional. BGN juga mewajibkan setiap penyedia layanan memiliki sertifikat higienis sebelum kembali beroperasi.
Menteri Kesehatan dan DPR menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh, bahkan ada desakan agar program MBG dihentikan sementara hingga sistem pengawasan lebih ketat diterapkan.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan program makan gratis tetap akan dilanjutkan. Ia menyebut jumlah korban memang serius, tetapi masih tergolong kecil dibandingkan skala program yang melibatkan jutaan siswa di seluruh Indonesia.
Penanganan Korban
Seluruh korban keracunan mendapatkan penanganan medis secara gratis. Pemerintah berkomitmen memperbaiki standar pelaksanaan agar insiden serupa tidak terus berulang.