Siapa sangka, gelar wisudawan termuda bukanlah keberuntungan semata—Farras sudah menyiapkannya sejak kecil. Dengan perjalanan pendidikan yang berbeda dari teman sebayanya, ia membuktikan bahwa kerja keras, keberanian mencoba, dan dukungan lingkungan mampu mengantarnya menjadi lulusan muda yang menginspirasi.
Mulai SD di Usia 4,5 Tahun: Awal Perjalanan Cepat
Farras memulai sekolah dasar pada usia 4,5 tahun. Tak berhenti di situ, ia mengikuti program akselerasi yang saat itu masih diperbolehkan. Hasilnya, ia bisa ikut ujian nasional untuk masuk SMP ketika baru kelas 5 SD.
Kesempatan emas itu tidak ia sia-siakan. Setelah lulus SD lebih cepat:
- Ia menjalani masa SMP selama 3 tahun seperti biasa
- Lalu kembali mengambil akselerasi saat SMA dan menyelesaikannya hanya dalam 2 tahun
“Saya masuk SD umur 4,5 tahun, SMP 3 tahun, dan SMA selesai dalam 2 tahun,” jelas Farras, dikutip dari laman resmi UGM.
Kuliah di Usia 16 Tahun: Tantangan dan Penyesuaian
Lulus tiga jenjang pendidikan awal dengan cepat membuat Farras masuk kuliah pada usia 16 tahun. Saat teman-teman seusianya masih memakai seragam SMA, ia sudah duduk di bangku kuliah.
Tentu saja, perbedaan usia ini membawa tantangan. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang dipenuhi mahasiswa yang jauh lebih dewasa.
“Awal kuliah tidak selalu mulus, tapi lama-lama saya menemukan ritmenya,” ujarnya.
Beruntung, lingkungan Prodi Kedokteran UGM yang inklusif membantunya menyesuaikan diri lebih cepat. Ia pun aktif mengikuti berbagai kegiatan, seperti:
- AMSA (Asian Medical Students Association)
- CIMSA (Center for Indonesian Medical Students Activities)
- Bahkan pernah masuk ruang operasi bersama dokter ortopedi—pengalaman yang terus ia kenang.
Cinta Dunia Medis Sejak Kecil
Ketertarikan Farras pada dunia kedokteran bukan datang tiba-tiba. Sejak kecil, ia sering menemani ibunya yang bekerja di rumah sakit dan membantu di klinik keluarga. Pengalaman itu menumbuhkan impiannya untuk menjadi dokter.
“Dari dulu saya sudah familiar dengan dunia kedokteran. Saya ingin belajar di UGM dan ingin jadi dokter agar layanan kesehatan di Indonesia bisa lebih merata,” tuturnya.
Usai lulus, ia berharap dapat pulang ke Lampung, kampung halamannya, untuk mengabdi kepada masyarakat.
Pesan Inspiratif: Setiap Orang Punya Timeline-nya Sendiri
Kini, setelah menyelesaikan S1 di usia muda, Farras ingin kisahnya menjadi penyemangat bagi mahasiswa lain. Ia menyadari bahwa perjalanan setiap orang berbeda.
“Dulu aku juga sempat desperate, tapi sekarang Alhamdulillah bisa lulus. Intinya semua orang punya timeline masing-masing. Tetap semangat dan lakukan yang terbaik,” pesannya.




































