Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) memiliki posisi kunci dalam memastikan sekolah tetap menjadi lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung bagi anak-anak, terutama setelah terjadi bencana. Tidak hanya menjaga kelangsungan proses belajar-mengajar, GTK juga berperan penting dalam pemulihan psikososial peserta didik serta penguatan ketangguhan satuan pendidikan. Peran strategis tersebut menjadi sorotan dalam Webinar Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Seri 8 bertema “Peran GTK dalam Pemulihan Pascabencana dan Penguatan Satuan Pendidikan” yang disiarkan melalui kanal YouTube Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Ditjen GTKPG), Senin (22/12).
Webinar ini merupakan hasil kolaborasi Ditjen GTKPG Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Sekretariat Nasional SPAB Kemendikdasmen, dan Yayasan Plan International Indonesia, dengan dukungan dari Prudence Foundation. Kegiatan tersebut sekaligus menandai penutupan rangkaian Webinar SPAB Tahun 2025 yang diselenggarakan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesiapsiagaan satuan pendidikan di berbagai wilayah Indonesia.
Diselenggarakan secara daring, webinar ini diikuti ratusan peserta dari beragam daerah yang terdiri atas guru, tenaga kependidikan, kepala sekolah, pengawas, serta pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan kebencanaan. Tingginya antusiasme peserta terlihat dari diskusi interaktif dan sesi tanya jawab yang mengangkat berbagai persoalan nyata dalam pemulihan sekolah pascabencana.
Dalam sambutannya, Kepala Subdirektorat Peningkatan Kapasitas, Pelindungan, dan Pengendalian Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Meliyanti, menegaskan bahwa proses pemulihan harus menempatkan peserta didik sebagai fokus utama. Berdasarkan pengalaman di berbagai daerah, guru disebut sebagai garda terdepan dalam menjaga keberlangsungan pembelajaran setelah bencana terjadi. Ia menekankan bahwa pemulihan tidak hanya menyangkut aspek akademik, tetapi juga upaya menciptakan rasa aman serta dukungan psikososial bagi anak-anak di lingkungan sekolah.
Pandangan senada disampaikan Analis Kebijakan Ahli Muda Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilis Mutmainah. Ia menyoroti peran sekolah sebagai ruang strategis dalam menumbuhkan budaya sadar bencana. Dengan penguatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan, satuan pendidikan dapat berkontribusi aktif dalam pengurangan risiko bencana sekaligus memastikan keberlanjutan layanan pendidikan.
Sementara itu, Program Officer Yayasan Plan International Indonesia, Mufti Ferika Dianingrum, menekankan pentingnya pendekatan yang berpusat pada anak dalam setiap tahapan pemulihan pascabencana. Menurutnya, guru dan tenaga kependidikan memegang peran penting dalam membangun lingkungan belajar yang aman, ramah anak, dan inklusif setelah situasi krisis.
Pengalaman lapangan turut dibagikan oleh Endang Mulyati, guru, konsultan, dan relawan kebencanaan, yang kerap mendampingi sekolah terdampak bencana. Ia menegaskan bahwa kehadiran guru yang tanggap dan penuh kepedulian dapat menjadi sumber kekuatan besar bagi anak-anak untuk bangkit. Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara sekolah, masyarakat, dan relawan dalam mempercepat proses pemulihan.
Sebagai penutup rangkaian Webinar SPAB Tahun 2025, Seri 8 ini diharapkan semakin meneguhkan komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan bahwa guru dan tenaga kependidikan merupakan aktor utama dalam membangun satuan pendidikan yang aman, tangguh, dan berkelanjutan, bahkan di tengah kondisi darurat dan krisis.






































