Jakarta — Sejumlah penelitian terbaru mengungkap fakta mengkhawatirkan tentang kondisi garis pantai di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, banyak pantai mengalami penyusutan signifikan. Meski faktor alami seperti abrasi dan perubahan iklim turut memengaruhi, riset menunjukkan bahwa aktivitas manusia menjadi penyebab terbesar di balik fenomena ini.
Para peneliti menemukan bahwa pembangunan pesisir yang tidak terkendali—mulai dari reklamasi, penambangan pasir, pembangunan infrastruktur, hingga pembukaan lahan mangrove—mempercepat erosi pantai. Aktivitas tersebut membuat ekosistem pesisir kehilangan perlindungan alaminya, sehingga ombak dan arus laut lebih mudah mengikis daratan.
Selain itu, eksploitasi sumber daya laut, limbah industri, serta penangkapan ikan yang merusak juga berkontribusi pada rusaknya terumbu karang dan vegetasi laut yang berfungsi sebagai penahan abrasi. Riset menunjukkan bahwa daerah yang kehilangan mangrove mengalami erosi hingga beberapa meter setiap tahun.
Para ahli menekankan pentingnya pengelolaan pesisir yang berkelanjutan. Langkah-langkah seperti rehabilitasi mangrove, pembatasan pembangunan di zona rawan abrasi, dan pengawasan aktivitas penambangan pasir dinilai sangat mendesak untuk dilakukan.
Pemerintah daerah dan masyarakat juga didorong meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga ekosistem pantai, karena kerusakan pesisir tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mengancam pemukiman, pariwisata, serta mata pencaharian masyarakat pesisir.
Fenomena penyusutan pantai menjadi alarm bagi semua pihak bahwa perlindungan lingkungan bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak agar pesisir tetap lestari dan generasi mendatang dapat menikmati keindahannya.


































