Apa yang hilang dari pengasuhanmu, Ayah Bunda? (Elly Risman, Psikolog Anak)
Tiba-tiba saja tanpa kita sadari anak sudah memasuki pra remaja. Waktu ternyata begitu cepat berlalu, pasti ada yang hilang, pasti ada perasaan bersalah.
Pertama, hilangnya kehangatan, kebersamaan dan keceriaan anak-anak dan remaja.
Kedua, cinta belajar yang padat kita khawatirkan telah mencederai semangat belajarnya belasan tahun lagi. Kalau sekarang sudah “bantat” akrena lelah jiwa, dari mana akan diperolehnya semangat dan kecintaan menuntu ilmu dan untuk menyelesaikannya sampai jenjang yang tinggi?
Ketiga, yang paling mahal yang hilang bila tak pandai-pandai mensiasati adalah diaolog. Krena waktu yang sempit, pola bicar hanya perintah larangan dan komentar. Bagaiman akan mneyampaikan pesan, membentuk kebiasaan baik, menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan yang paling penting bagaimana bisa mnegetahui kebutuhan utama anak dan mendengar dan memahami perasaannya? Percakapan berpusar hanya pda masalah akademik semata.
Keempat, banyak hal esensial yang harus dibahas diajarkan pda anak jadi tak kebagian waktu, apalgi kalau orang tua sibuk; berbagai aspek dalam penanaman aqidah yang lurus, ibadah yang benar, amalan yang shalih dan akhlak mulia tak sempat dilakukan.
Kelima, hal lainnya yang umumnya sungguh terabaikan adalah persiapan pra-baligh dan keharusan bijak berteknologi. Tahu tahu anak sudah pra-remaja. Mereka sudah “sexually active” sementara persiapan untuk baligh jauh dari memadai. Anak kurang memiliki berbagai pengetahuan dan keterampilan hidup karena beratnya beban hari-hari yang dihadapi anak, mereka mencari kesenangan dengan gadget. Anak terpapar pada berbagi bentuk kriminalitas, narkoba, perjudian, berbagai bentuk kenalakan remaja lewat sosial media dan tentunya pornografi. KIta menghadapi berbagai masalah perilaku yang luar biasa rumitnya, tak menyadari sebab-musababnya karena merasa semua berjalan seperti baisanya dan kini bingung mencari solusinya.
Bagaimana sebaiknya ?
Pertama, cukupkanlah kehangatan anak dan kelengketan jiwa ke jiwa dengan ekdua orangtuanya. penuhi bejana jiwa anak kita pda saat dia butuhkan dalam jumlah yang cukup oleh kedua orangtuanya.
Kedua, harus tahu tujuan pengasuhan dengan rinci bukan hal-hal yang umum dan gernerik seperti: menjadikan anak shalil dan shaliha saja.