1. Sering menolak ide baru tanpa mencoba memahami tujuan bersama.
Orang tersebut cenderung langsung menolak usulan atau inovasi yang muncul di lingkungan kerja, bukan karena isi idenya, tetapi karena enggan berubah. Ia tidak berusaha melihat manfaat ide tersebut bagi sekolah atau murid, sehingga perkembangan tim menjadi terhambat.
2. Lebih fokus pada cara kerjanya sendiri daripada kebutuhan tim.
Ia lebih mengutamakan kebiasaan atau metode kerjanya sendiri, bahkan ketika pendekatan tersebut tidak lagi efektif. Ia sulit menyesuaikan diri dengan kebutuhan tim dan enggan menyelaraskan cara kerja agar hasil bersama lebih optimal.
3. Tidak hadir atau kurang aktif saat rapat dan diskusi sekolah.
Saat pertemuan penting, ia sering absen, terlambat, atau hadir tanpa berkontribusi. Akibatnya, keputusan tim tidak tersampaikan dengan baik dan tugas organisasi menjadi tidak sinkron.
4. Enggan menerima masukan, meski untuk kepentingan murid.
Ketika diberi saran atau evaluasi yang sifatnya konstruktif, ia menolaknya atau menganggapnya kritik pribadi. Hal ini membuat perbaikan pembelajaran atau pelayanan terhadap murid terhambat.
5. Cenderung bekerja sendiri dan sulit berbagi informasi.
Ia lebih nyaman bekerja secara individual dan jarang membagikan data, rencana, atau progres pekerjaan kepada tim. Kebiasaan ini membuat pekerjaan yang seharusnya terkoordinasi menjadi terputus dan tidak sinkron.
6. Mudah tersinggung ketika diajak berdiskusi mengenai perbaikan kerja.
Setiap ajakan untuk berdiskusi tentang peningkatan mutu kerja sering dianggap sebagai serangan pribadi. Akibatnya, dialog konstruktif sulit dilakukan dan suasana kerja menjadi kurang sehat.
7. Memprioritaskan ego pribadi dibanding hasil kolaborasi.
Ia lebih memikirkan pengakuan atau kepentingan dirinya sendiri daripada tujuan bersama. Sikap ini membuat keputusan tim menjadi tidak efisien dan memunculkan konflik internal.
8. Kurang komunikatif, sehingga banyak hal dikerjakan tanpa koordinasi.
Informasi penting sering tidak disampaikan, atau disampaikan terlambat. Hal ini menyebabkan anggota tim lain kesulitan menyelaraskan tugas dan menghambat kelancaran program sekolah.
9. Tidak konsisten memenuhi kesepakatan tim atau jadwal kerja bersama.
Walaupun telah menyetujui keputusan tim, ia sering tidak memenuhi komitmen, baik terkait waktu, tugas, maupun tanggung jawab. Hal ini merugikan alur kerja dan menurunkan kepercayaan tim.
10. Lebih suka mengkritik daripada membantu mencari solusi.
Ia cepat menunjukkan kesalahan atau kekurangan, tetapi jarang menawarkan jalan keluar. Sikap ini menciptakan suasana negatif dan tidak membantu proses perbaikan bersama.


































