Makanan Bergizi Gratis (MBG) tidak datang begitu saja. Ada proses pengolahan bahan baku, pemorsian, dan pengemasan yang dilakukan di masing-masing dapur, sebelum akhirnya bisa sampai ke tangan penerima MBG.
Proses yang panjang itu tidak terlepas dari peran driver yang berusaha mengantarkan makanan tepat waktu. Jika sampai terlambat sampai ke sekolah, akan berdampak buruk bagi kualitas makanan. Misalnya, berubah rasa dan bentuk. Makanan jadi dingin hingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Profesi sebagai driver MBG memungkinkan mereka untuk bertemu secara langsung dengan anak-anak di sekolah. Berbeda dengan para pekerja dapur atau pemasok bahan baku yang cukup berinteraksi dengan peternak, tengkulak, maupun petani.
โSelama menjadi driver MBG, saya merasa lebih banyak suka daripada dukanya. Terutama, waktu kita mengantar makanan. Kita disambut anak-anak dengan raut wajah yang bahagia. Rasanya bangga banget,โ ujar Andri Dwi Saputra, driver Dapur MBG Nikmat Barokah Surabaya.
Menurutnya, pekerjaan itu menyenangkan. Rasa letih langsung hilang ketika bertemu dan membagikan makanan kepada anak-anak di sekolah. Apalagi, saat anak-anak memuji makanan tersebut.
Satu-satunya hal yang membuat pria 28 tahun itu sedih adalah ketika makanan terlambat diantar karena kendala. โKalau telat, kasihan anak-anak,โ ujar Andri. Perjuangan untuk mengantarkan MBG tepat waktu memang tidak mudah.
Andri yang tinggal di Sedati, Sidoarjo, harus berangkat usai salat Subuh dengan motor agar tiba di Dapur MBG Nikmat Barokah Surabaya tepat waktu.
Selain mengantar makanan MBG, Andri juga bekerja sebagai sopir taksi di Surabaya. Namun, ia merasa lebih nyaman menjadi driver MBG karena tidak dibebani target penumpang. โGaji sebagai driver MBG aman, sama seperti driver lain di Surabaya. Saya hanya berharap anak-anak penerima MBG gizinya terpenuhi dan makin semangat bersekolah,โ ujarnya.




































