Sinergi wujudkan Solo Stop AIDS terus di geber Pemerintah Kota Surakarta. Lewat kolaborasi, komitmen bersama dalam melindungi dan menciptakan Kota Surakarta yang sehat, ramah anak, dan bebas dari stigma serta diskriminasi terhadap penyintas HIV, khususnya anak-anak menjadi point utama penangganan. Karena data di tahun 2025 masih ditemukan kasus pada anak usia dini.
Bersama Dinas Pendidikan Ibu Wali Kota Surakarta, Venessa Winastesia Respati Ardi menyampaikan bahwa tantangan terbesar bukan hanya pada pengobatan, tetapi pada pengetahuan dan sikap masyarakat. Karena masih banyak stigma, masih banyak salah paham, bahkan dari lingkungan pendidikan sendiri.
“Inilah sebabnya, peran pendidik PAUD dan TK sangat penting. Pendidik adalah garda terdepan. Ketika guru memiliki pemahaman yang benar tentang HIV/AIDS, maka sekolah akan menjadi ruang aman, inklusif, dan humanis,” terang istri Wali Kota Surakarta Respati Achmad Ardianto, Senin (29-09-2025) di kantor Dinas Pendidikan Kota Surakarta.
Sebagai bunda PAUD, Vanessa mengajak seluruh pendidik PAUD dan TK di Kota Surakarta untuk bersatu dalam gerakan SOLO STOP AIDS.
“Mari kita jadikan PAUD dan TK sebagai bagian dari solusi. Karena jika kita melindungi anak-anak hari ini, kita sedang menyelamatkan masa depan bangsa.”
Ada tiga hal yang ingin dibangun untuk mewujudkannya yaitu hapus stigma dengan cinta. Bangun sekolah sebagai ruang aman, dengan menciptakan ruang belajar yang ramah dan tidak diskriminatif. Dan terakhir terus belajar dan menjadi agen perubahan.
Senada dengan pernyataan Ibu Wali Kota, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta, Dwi Ariyatno, bahwa penanggulangan HIV/AIDS melalui jalur pendidikan berfokus pada edukasi komprehensif tentang HIV/AIDS, penularan, pencegahan, dan dampak sosialnya untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap negatif, serta membentuk perilaku sehat.