Bukan tugas pendidik PAUD mengajarkan muridnya calistung, melainkan tugas pendidik pada SD. Hal yg lebih membuatnya miris artinya tuntutan belajar calistung yang tidak sesuai dengan termin perkembangan anak.
pada awalnya, seorang anak memberikan kegembiraan karena merasa lebih pintar berasal teman sebayanya waktu berhasil menguasai calistung. namun, dominasi calistung yang terburu-buru tadi mengesampingkan keterampilan sosial dan emosional yg jauh lebih penting.
“tapi sebenarnya, dominasi kompetensi calistungnya kurang utuh, anak kehilangan minat belajar dan anak kehilangan saat buat mempelajari poly keterampilan sosial emosional yang krusial,” jelasnya.
Bukik menyampaikan 3 cara proses belajar yg menyenangkan bagi siswa PAUD, diantaranya:
- Belajar Melalui kegiatan Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan sebab minat atau selera, bukan sebab mengejar target. Belajar melalui bermain menurut Bukik dapat membentuk anak dapat belajar sebab kemauan pada dirinya.
“kegiatan bermain dapat memfasilitasi proses belajar serta tumbuh kembang anak pada sejumlah aspek sekaligus,” jelasnya.
dua. - Belajar tahap Perkembangan murid
Kemampuan menulis memang wajib diajarkan pada jenjang Sekolah Dasar, namun agar anak bisa menulis diharapkan keterampilan motorik. menurut Bukik, aktivitas penguatan keterampilan motorik di PAUD bisa sebagai pondasi dominasi calistung.
“penting bagi pengajar memahami kompetensi awal anak didik sebelum memilih tujuan pembelajaran,” istilah bukik. - Melibatkan siswa pada Proses Pembelajaran
Proses belajar selanjutnya yang perlu bagi anak usia PAUD artinya kegiatan yg membuat siswa terlibat menentukan pilihan. menggunakan pelibatan ini, maka anak akan memiliki rasa memiliki terhadap tujuan serta cara belajar.
“dan siapa yg tak semangat belajar kalau memiliki rasa memiliki terhadap tujuan serta proses belajarnya,” katanya.
Bukik berharap adanya perubahan konkret pada lapangan terkait implementasi penghapusan calistung menjadi tes masuk SD/MI. dia menyebut penguatan kebijakan ini wajib dilakukan dinas kementerian hingga dinas pendidikan daerah.
“Penguatan sekolah yg berorientasi di well being/berpihak pada anak, penguatan kiprah dinas pendidikan daerah, edukasi pada orangtua melibatkan komunitas serta perusahaan, sampai nantinya terdapat hadiah hukuman terhadap pelanggaran,” ujar Bukik.