Di sebuah pelosok Kabupaten Pandeglang, Banten, potret perjuangan pendidikan kembali terlihat. Di tengah keterbatasan ruang kelas dan fasilitas sekolah, seorang guru harus mengajar 23 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 secara bersamaan.
Dengan ruang belajar seadanya—tanpa pembagian kelas, tanpa meja belajar lengkap, dan minim fasilitas—guru tersebut berupaya memastikan setiap siswa tetap mendapatkan haknya untuk belajar. Ia mengawali pagi dengan membagi kelompok siswa berdasarkan jenjang kelas, lalu berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memberikan materi pelajaran yang sesuai kurikulum.
Meski menghadapi keterbatasan, sang guru tetap menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi. Ia menjadi satu-satunya tenaga pengajar yang memastikan enam jenjang kelas tetap berjalan, mulai dari membaca untuk kelas kecil, hingga matematika dan IPA untuk kelas besar.
Kondisi ini menggambarkan betapa masih banyak sekolah di daerah pelosok yang membutuhkan perhatian serius, terutama terkait pemerataan tenaga pendidik, fasilitas belajar, dan dukungan pemerintah. Di balik segala tantangan, tekad guru-guru di daerah terpencil ini menjadi bukti nyata bahwa semangat mencerdaskan anak bangsa tetap menyala, meskipun jauh dari pusat kota dan jauh dari fasilitas ideal.
Jika ingin, saya bisa tambahkan judul SEO, angle human interest, atau versi berita yang lebih panjang.

































