Ratusan siswa di Desa Bojoasri, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, terpaksa menerjang banjir setinggi kurang lebih 50 cm untuk bisa berangkat sekolah pada Rabu, 17 Desember 2025. Genangan air yang berasal dari luapan Sungai Bengawan Jero ini menutup akses jalan antar desa dan menjadi satu-satunya jalur yang bisa dilalui siswa setiap pagi.
Jalan yang tergenang membuat para pelajar harus ekstra hati-hati. Air menutupi permukaan jalan yang licin, sehingga risiko terpeleset cukup tinggi. Sebagian siswa tetap memaksa menggunakan sepeda motor, namun banyak di antaranya yang akhirnya mogok di tengah banjir karena mesin kemasukan air. Situasi ini membuat perjalanan ke sekolah menjadi semakin berat dan memakan waktu lebih lama.
Salah satu siswi MTs Khozainul Ulum, Sela Selviana, menggambarkan bagaimana ia dan teman-temannya harus berjalan kaki sejauh sekitar satu kilometer melewati genangan banjir. Seragam yang dikenakan basah, dan mereka harus menerima risiko berjalan di jalan licin setiap hari. โHarus berjalan sejauh satu kilo untuk pergi ke sekolah dan selama banjir pihak sekolah tidak mewajibkan siswa memakai sepatu dan diperbolehkan menggunakan sandal,โ ujar Sela, menceritakan kebijakan sekolah yang memberi kelonggaran agar siswa lebih mudah bergerak di tengah banjir.
Tidak hanya akses jalan, banjir juga merendam rumah warga dan ratusan hektar tambak milik petani di sekitar desa. Seorang warga bernama Asrori menjelaskan bahwa banjir ini sudah terjadi sekitar satu minggu terakhir dan sangat mengganggu aktivitas perekonomian warga. Menurutnya, banjir akibat luapan Bengawan Jero yang dipicu tingginya curah hujan ini sudah terjadi hingga lima kali sepanjang tahun 2025. โBanjir akibat meluapnya Sungai Bengawan Jero yang dipicu tingginya curah hujan ini sudah berlangsung lima kali selama tahun 2025 ini dan kami berharap pihak terkait serius menangani banjir ini,โ ungkap Asrori, menyuarakan harapan warga agar ada penanganan yang lebih serius dari pihak berwenang.
Di tengah genangan air, seragam basah, dan sepatu yang diganti sandal, para siswa ini tetap memilih berangkat sekolah.






























